
KUDUS – baistnews.com Tradisi tahunan “Parade Sewu Kupat” kembali digelar dengan meriah dilereng Gunung Muria, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Sebanyak 23 gunungan dari hasil bumi, ketupat dan lepet yang diarak dalam prosesi budaya yang syarat makna religius dan kekeluargaan ini.
Parade Sewu Kupat kali ini, memukau ribuan warga di Kecamatan Dawe, Kudus, Jawa Tengah, pada Senin, 7 April 2025. Sebanyak 18 desa se-Kecamatan Dawe, ditambah perwakilan Rukun Warga (RW) dari Desa Colo yang ikut berpartisipasi membawa gunungan sebelum diperebutkan bersama.
Acara yang telah berlangsung sejak tahun 2007 ini tidak hanya menjadi simbol rasa syukur usai Lebaran, tetapi juga ajang pelestarian budaya dan penggerak ekonomi lokal.
Acara berlangsung sekira pukul 08.00 WIB hingga selesai yang dipusatkan di kawasan Taman Ria Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.
Tampak hadir dalam tradisi tersebut Bupati Kudus Sam’ani dan Wakil Bupati Kudus Bellinda Putri, Bupati Kudus 2008-2018, Musthofa yang juga sebagai penggagas Tradisi Sewu Kupat, juga sejumlah pejabat yang lainnya.
Mutrikah Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus mengatakan, kegiatan ini juga menjadi simbol kemandirian dan kekompakan warga.
”Tradisi ini sudah berjalan sejak tahun 2007, dan hingga kini masyarakat semakin mandiri dalam pelaksanaannya. Parade ini juga menjadi bukti bahwa budaya bisa hidup dan berkembang jika terus dilestarikan,” katanya.
Makna dari Tradisi Sewu Kupat Kudus, dimana masyarakat dari berbagai desa berkumpul, membawa gunungan ketupat dan hasil bumi dari 18 desa se-Kecamatan Dawe, ditambah perwakilan RW dari Desa Colo.
Setiap desa membawa gunungan yang kemudian dido’akan bersama sebelum akhirnya diperebutkan oleh ratusan warga yang telah menunggu momen tersebut.
”Antusias masyarakat sangat luar biasa. Ini bukan hanya seremoni, tapi bagian dari identitas budaya kita,” ujarnya.
Selain perebutan gunungan ketupat dan lepet, acara ini juga dimeriahkan dengan berbagai pentas seni tradisional dan puluhan stan UMKM lokal yang menjajakan kuliner hingga kerajinan khas Kudus.
Lebih lanjut Mutrikah menambahkan, bahwa Parade Sewu Kupat Muria ini bukan sekadar atraksi budaya, tapi juga telah memberi dampak ekonomi langsung ke masyarakat.
”Pelaku UMKM juga turut hadir untuk memeriahkan acara ini sehingga hal ini menjadi pariwisata berbasis budaya yang berdampak pada sektor ekonomi bagi masyarakat,” imbuhnya.
Mutrikah juga menjelaskan, bahwa Parade Sewu Kupat Muria ini sebagai atraksi wisata di Kudus yang bisa menarik perhatian ribuan wisatawan untuk berdatangan. Selain itu, even kali ini juga sebagai bentuk pelestarian tradisi dan budaya di Kota Kretek.
“Tradisi Sewu Kupat yang dikemas dalam sebuah parade juga sebagai refleksi dan bentuk rasa syukur Masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu, Musthofa penggagas Parade Sewu Kupat dan sekaligus Bupati Kudus 2008-2018 mengapresiasi atas kesolidan dan kekompakan berbagai pihak yang sudah melaksanakan kegiatan ini dengan lancar dan aman.
“Hal ini menjadi bukti bahwa, destinasi budaya di Lereng Gunung Muria sukses,” katanya.
Parade Sewu Kupat memiliki makna senada dengan Kudus sebagai kota santri yang religius. Sehingga di momentum Idul Fitri ini, Sewu Kupat juga menjadi ajang Silaturrahmi berbagai elemen masyarakat dan membentuk karakter yang baik.
“Alhamdulilah secara konsisten masyarakat tetap kompak mengadakan tradisi seswu kupat ini, semoga tradisi ini bisa dilstarikan dan sekaligus sebagai bentuk mengharap berkah,” ujarnya.
(L-Man)