
KUDUS – baistnews.com Sedekah bumi atau yang sering disebut apitan merupakan progam tahunan yang diadakan disetiap desa tak terkecuali Pemerintah Desa (Pemdes) Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah (Jateng).
Pemdes Jati Wetan menggelar berbagai kegiatan mulai do’a bersama hingga pagelaran Kethoprak semalam suntuk pada 28 Mei 2025.
Agus Susanto, Kepala Desa (Kades) Jati Wetan mengatakan, bahwa kegiatan sedekah bumi ini merupakan rasa syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rezeki berupa hasil bumi.
Kegiatan sedekah bumi tahun 2025 ada banyak sekali, mulai acara do’a bersama, kemudian kirab budaya pada (25/5), kemudian Expo UMKM (26/5), dan puncaknya pada malam hari ini, kita selenggarakan pentas seni perwakilan dari warga Desa Jati Wetan.
“Kirab budaya kemrin diikuti oleh 35 Kontingen, ada puluhan stan Expo UMKM, dan puncak acara pentas seni perwakilan warga dilanjut dengan pagelaran Kethoprak,” ujarnya.
Lebih lanjut Agus Susanto menambahkan, sebelum pagelaran Kethoprak malam ini terlebih dahulu kita tampilkan pagelaran seni dan kreasi warga desa kami mulai dari anak usus RA/TK hingga orang dewasa.
“Sebelum Kethoprak dimulai kita tampilkan beberapa perwakilan kreasi dan seni warga Desa Jati Wetan, hanya sebagian saja, kalau sejta tampil waktunya tidak cukup karena ada gelaran kethoprak,” imbuhnya.
Perlu diketahui bahwa, Pemdes Jati Wetan pada malam hari ini juga memberikan apresiasi dan penghargaan terhadap 35 Kontingen dalam kirab budaya yang kita laksanakan pada Minggu, 25 Mei 2025.
“Ada 5 penghargaan dan apresiasi dari Pemdes Jati Wetan terhadap warga, lembaga, instansi yang kemrin telah mengikuti kirab budaya, untuk yang Juara kami mohon tidak junawa, namun yang belum memperoleh tahun depan masih ada kesempatan, kami siapkan hanya 5 yakni; juara 1,2 dan 3 serta harapan satu dan dua,” terangnya.
Agus juga menjelaskan, bahwa rangkaian acara sedekah bumi mulai dari do’a bersama, kirab budaya, pentas seni, pagelaran seni tradisional Kethoprak, menjadi bukti nyata bahwa Desa Jati Wetan tidak hanya kaya akan tradisi dan kreatifitas warga yang tanpa batas, namun juga memiliki semangat kolektif yang kuat dalam menjaga jati diri dan identitas kearifan budaya.
“Dengan adanya sedekah bumi ini, pihaknya berharap semoga warga masyarakat menjadi makmur, aman, tentram, diselamatkan dari mala petaka dan lancar rezeqinya serta warga semakin sejahtera,” pungkasnya.
Sementara itu, Nathalie Margaretha, Callysta Nindya Tirta, dan Bella Wanda Rizkyanti yang merupakan pemain seni tari mengatakan, senang bisa ikut dilibatkan dari Pemdes Jati Wetan dalam kegiatan sedekah bumi. Kami tadi membawakan tari dengan tema “Pesona Muria”. Dimana tari ini menceritakan tentang keindahan, keasrian, dan kelestarian alam perlu kita jaga dan perlu kita rawat, agar pepohonan, hewan, udara dan lainnya, supaya alam alam tetep lestari.
“Kami senang bisa ikut tampil performance dalam kegiatan seni tari yang diselenggarakan Pemdes Jati Wetan, kami memang sering tampil dalam kegiatan lain, namun untuk acara yang berbarengan dengan Kethoprak baru ini yang pertama,” katanya.
Kami dalam berlatih tari ini, kurang lebih dua mingguan. Untuk kesulitan dalam latihan adalah mengatur jadwal kami, yang harus disesuaikan dengan jam kosong belajar, pasalnya kami ini masih duduk dibangku SLTP.
“Belajar tari ini dua mingguan, kesulitanya hanya pada pengaturan jadwal belajar dan latihan menari, disamping itu juga memang tarian ini membutuhkan banyak tenaga yang ekstra,” jelasnya.
Nurul Hudawati dan Siti Mustafi’ah perwakilan tari dari tim PKK Desa Jati Wetan mengucapkan, senang dapat ikut terlibat menjadi bagian dari tim tari dari yang mewakili Tim PKK.
“Kami memang sering di ikut sertakan dalam setiap acara yang diselenggarakan Pemdes Desa Jati Wetan,” ucapnya.
Dalam tarian tadi yang kami tampilkan mengambil tema “Sadran Suci” tari ini merupakan ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki berupa hasil bumi yang diberikan kepada kami.
“Tari Sadran Suci merupakan sebuah kreasi dan koreografi gerakan tari yang menggambarkan ungkapan rasa syukur atas nikmat rezeki dari hasil bumi, yang kemudian kita tampilkan dalam bentuk tarian,” pungkasnya.
(Tim Redaksi)